Masalah Keluarga : Suami Sering Marah

Masalah Keluarga : Suami Sering Marah. Saya seorang ibu mempunyai dua anak, yang besar sudah kelas I SMA, adiknya di SMP Semula keadaan keluarga cukup baik. Tapi sekitar lima tahun terkahir ini suami saya mengidap sakit gula, yang mengakibatkan tidak dapat normal di dalam hubungan suami-istri. Dengan penuh sabar saya berusaha memulihkan kesehatannya dengan berobat ke dokter. Terus terang saya tidak mempersoalkan akibat penyakitnya itu, karena saya cukup terhibur dengan kesibukan sehari-hari sebagai guru. Juga saya diizinkan untuk kuliah lagi mengambil S1. Alhamdulillah, semula segala kegiatan berjalan dengan baik.
Suami Marah

Akhir-akhir ini, entah karena apa, suami saya mulai mudah marah-marah tanpa alasan yang jelas, sering berantem dengan anak-anak. Yang membuat saya merasa amat sedih, ia mulai cemburuan, saya dituduh berselingkuh dengan dosen pembimbing skripsi. Keadaan keluarga kami menjadi tidak tenang setiap kali ia marah dan berkali-kali menantang cerai.

Mohon nasihat Ibu, bagaimana jalan keluar terbaik agar keluarga kami dapat tenteram kembali. Terima kasih

Jawaban :

Ibu senang mengetahui sikap anda untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga yang tengah mendapat cobaan seperti anda tuturkan. Beberapa saran yang dapat Ibu berikan adaiah sebagai berikut:

1. Upayakan membujuk suami untuk ikut menemui dosen pembimbing anda, ajak dia berkenalan dan bersilaturahmi. Dengan demikian, insya Allah akan menghilangkan kecurigaannya.
2. Anda harus bersabar. Dapat difahami. suami anda tentu merasa minder, tidak dapat berfungsi sebagai suami sempurna. Perilakunya yang mudah marah secara berlebihan sebenarnya adalah kompensasi dari keadaan itu.
3. Sempatkan sedapat mungkin untuk pergi berlibur bersama dengan anak-anak. Rekreasi merupakan refreshing yang dapat menepis kejenuhan dalam kehidupan rumah tangga.
4. Ingatkan suami agar tidak menggunakan kata-kata "cerai", apalagi di depan anak-anak.
5. Jangan putus asa berikhtiar, kalau perlu minta bantuan pihak keluarga suami agar dapat ikut memberi nasihat.
6. Kesabaran dan ketabahan hati anda untuk membimbing anak-anak amat diperlukan dalam mengemban amanat Allah SWT.
7. Apabila sudah berusaha dan hasilnya tidak seperti diharapkan, serahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, semoga Allah memberi petunjuk dan bimbingan untuk dapat mengambil keputusan yang terbaik.